Keteladanan dan Komitmen Berbenah Kolektif

Oleh : Saidno, AP, MSi

Sekretaris Inspektorat Kabupaten Tegal

 Salah satu persoalan besar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah menurunnya nilai-nilai jati diri akibat pengaruh perkembangan lingkungan lokal, regional, ataupun global. Namun disisi lain pengaruh ini juga bisa berdampak positif untuk mewujudkan karakter bangsa Indonesia yang jujur, tangguh dan pantang menyerah.

Salah satu pilar nilai moral adalah dengan menjadikan “bisa merasa” (bukan merasa bisa) sebagai kekuatan moral yang merupakan kekuatan utama dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai aparatur negara, maka diyakini bahwa keunggulan kekuatan moral ini mampu melampaui ruang dan waktu. “Bisa merasa” adalah kekuatan moral untuk mengembangkan Prima Rasa yang meliputi sikap profesional, responsif, berintegritas, modern, dan mampu beradaptasi. Penguatan Prima Rasa perlu dukungan psychological capital yang meliputi terpeliharanya harapan untuk maju dan bersama-sama meraih keberhasilan secara kolektif, dengan optimisme dan ketangguhan mental, tentunya tidak lepas dari adanya keteladanan dan komitmen yang tulus dan ikhlas, “apa adanya”, bukan ada apanya. Insan Aparatur Negara harus mau dan mampu untuk menjadi teladan bagi dirinya sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja serta komunitas yang lebih luas lagi. Tentunya dengan orientasi semangat Manfaat-Maslahat.

Faktor keteladanan dan komitmen dari semua unsur akan menjadi penggerak untuk merencanakan hari esok yang lebih baik, tentunya yang tidak kalah pentingnya adalah keteladanan dan komitmen dari Pimpinan. Bila ini dapat terbina, konsep Revolusi Mental yang dicetuskan oleh Presiden Jokowi dapat diaktualisasikan oleh segenap elemen anak bangsa untuk bertransformasi menjadi lebih baik. Nilai-nilai itu adalah Integritas, Kerjasama dan Gotong Royong. Ada 5 (lima) Program GerakanNasionalRevolusi Mental yang meliputi : Gerakan Indonesia Melayani, Indonesia Bersih, Indonesia Tertib, Indonesia Mandiri, Indonesia Bersatu. Menurut Jokowi, sudah saatnya Indonesia bertindak korektif, tidak dengan menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan mencanangkan revolusi mental yang menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan pembangunan bangsa baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan untuk mewujudkan Indonesia Ramah, Indonesia Mandiri, dan Indonesia Kita.

Segala sesuatu pastilah diawali dari Niat. Untuk melakukannya diperlukan cara mencapai tujuan. Inilah yang perlu dikoreksi agar antara Niat, Cara atauProses yang ditempuh untuk dapat mencapai Tujuan yang Mulia, tidak ada pengingkaran hati nurani, tidak ada kepalsuan, hanya semata-mata untuk kebaikan kita bersama. Alangkah indahnya bila ini dapat dilakukan oleh kita semua, menjadi apapun, dimanapun dan kapanpun juga.Semoga kita semua berniat untuk melakukan yang Terbaik. Selamat Berkarya. “Olah kanthi pasrah, pasrah kanthi polah “.